Senin, 14 Maret 2011

Sejarah Taman Balekambang

       Taman Balekambang awalnya bernama Partin Tuin dan Partinah Bosch, yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegoro VII tanggal 26 Oktober 1921. Karena rasa sayang beliau pada putri-putrinya GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta maka nama putrinya tersebut diabadikan sebagai nama taman.
Taman Balekambang dulunya dibagi menjadi 2 area
Beliau membangun Taman Balekambang dengan memadukan konsep Jawa dan Eropa, yang mana taman tersebut dibangun tidak hanya menciptakan unsur keindahan saja tapi ada unsur yang utama seperti
·         Area yang dinamakan Partini Tuin atau Taman Air Partini berfungsi sebagai penampungan air untuk membersihkan atau menggelontor kotoran-kotoran sampah di dalam kota, dan juga sering digunakan untuk bermain perahu.
·         Area yang kedua dinamakan Partinah Bosch atau Hutan Partinah yang merupakan koleksi tanaman langka seprti Kenari, Beringin putih, Beringin sungsang, apel coklat dsb. Partinah Bosch berfungsi sebagai berfungsi sebagai resapan dan paru-paru kota.
Waktu itu balekambang sering diguanakan tempat bersantai/ rekreasi khusus keluarga dan kerabat istana Mangkunegaran, baru pada era KGGPA Mangkunegoro VIII Taman Balekambang di buka untuk umum.
Sejak itu mulai diadakan hiburan untuk rakyat seperti Ketoprak lesung yaitu ketoprak yang diiringi dengan musik lesung dan berkembang sampai sekarang diiringi dengan gamelan.
Pada era tahun 70 an masuk pula hiburan Srimulat yang menelorkan beberapa seniman-seniman terkenal seperti Timbul, Gepeng, Djujuk, Nunung, Mamik Basuki dll.
Setelah Taman Balekambang di revitalisasi pada tahun 2008, disamping fungsi utamanya sebagai daerah resapan dan paru-paru kota juga diperuntukan sebagai public area atau ruang public yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni & Budaya, Taman Botaniu, Taman Edukasi dan Taman Rekreasi.
Area Taman Balekambang seluas 9,8 Ha yang terletak di Jl. Balekambang no. 1 Surakarta dibuka untuk umum mulai pukul 07.00 – 18.00 WIB setiap hari.
Pengunjung dapat menyusuri jalan-jalan setapak dibawah rindangnya dan semilirnya pepohonan untukmengeliling taman, dan setalah capek berkeliling bisa duduk-duduk dikursi taman yang di desain unik sambil menikmati kicauan burung, canda beberapa ekor rusa yang jinak dan angsa putih layaknya yang dialami keluarga Puro Mangkunegaran dulu.
by: septiana sundari, ayu setyo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar